Photobucket

Senin, 22 Juni 2009

Berbagai Pandangan tentang Anak, Karakteristik dan Belajar Anak

oleh : Ida Mukarromah



A. Berbagai Pandangan Terhadap anak
Ø Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama atau religius (RQ) sessuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.Masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk.

Read More.. Read more...

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI SERTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


oleh : Ida Mukarromah

A. Pertumbuhan
Pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat pula berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian seseorang.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi saja tetapi juga proses sosial.  
Dengan perkataan lain, pertumbuhan anak tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan saja tetapi juga sejauh mana makanan tersebut dapat diasimilasi dan dipergunakan oleh tubuh. Baik tidaknya makanan tersebut dapat diserap tubuh tergantung pula oleh taraf kesehatan anak. Misalnya anak yang sedang diare tentunya badan tidak akan mampu menyerap makanan yang baik.

Read More.. Read more...

Problematika dan solusi Dalam Pendidikan Anak Dini Usia (PlayGroup)


oleh: Ida Mukarromah



Anak dini usia adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama atau religius (RQ) sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa ini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk (Abdurrahman Mas’ud,).
Pentingnya pendidikan pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang sudah di akui sejak zaman plato. Sejak seorang bayi lahir, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat sambungan-sambungan antarsel. Proses inilah yang mungkin membentuk pengalaman yang akan dibawa seumur hidupnya. Segala stimulasi membuat percabangan otak anak menjadi lebih banyak dan daerah kortikal otak lebih tebal. Akibatnya anak menjadi lebih trampil, perkembangan bahasanya cepat, dan koordinasi inderanya lebih baik. Sebaliknya jika tidak mendapatkan stimulasi akan menyebabkan musnahnya sambungan dan pencabangan itu. Sehingga menurut Ali Nugraha tidak ada masa yang lebih potensial untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan belajar anak, selain dimulai sejak usia dini, khususnya balita.

Read More.. Read more...

CIRI-CIRI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK NORMAL BAIK FISISK MAUPUN PSIKIS


Oleh: Ida Mukarromah

1. MASA BAYI
a. Ciri-Ciri:
Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya
Masa bayi adalah masa dan pertumbuhan dan perkembangan berjalan pesat
Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan
Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas
Masa bayi adalah permulaan sosialisasi
Masa bayi adalah permulaan berkembangnya penggolongan peran-seks
Masa bayi adalah masa yang menarik
Masa bayi merupakan permulaan kreatifitas
Masa bayi adalah masa berbahaya
b. Tugas Dalam Perkembangan Masa Bayi
Bayi diharapkan bisa belajar berjalan
Memakan makanan padat
Sedikit mengendalikan alat-alat pembuangan
Mencapai stabilitas fisiologis yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur)
Mempelajarai dasar-dasar bicara
Berhubungan secara emosional dengan orang tua dan saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri seperti pada saat dilahirkan

c. Perkembangan Fisik
Berat bayi biasanya bertambah dua kali lipat ketika berusia empat bulan. Pada satu tahun beratnya tiga kali lipat berat waktu lahir. Peningkatan ini disebabkan oleh jaringan lemak yang ada pada bayi.
Tinggi bayi usia empat bulan antara 23 dan 24 inci, 1 thn mencapai 28-30 inci dan 2 tahun antara 32-34 inci
Proporsi fisik dan pertumbuhan kepala berkurang sedangkan badan dan tungkai meningkat
Tulang, baik dalam jumlah dan tingkat pengerasan mengalami peningkatan
Otot dan lemak juga turut berkembang
Bangun tubuh yang meliputi, ektomorfik cenderung panjang dan langsing, endomorfik cenderung bulat dan gemuk dan esomorfik yaitu berat, keras dan 4 persegi panjang
Gigi susu ada 4-6 pada usia 1 tahun dan 16 pada usia 2 tahun
Susunan saraf juga mulai tumbuh dan pertambahan berat otak paling pesat di usia 2 tahun
Perkembangan organ perasa juga berkembang baik.

d. Pengendalian Motorik
Daerah kepala, sudah mulai bisa mengendalikan mata , tersenyum , dan menahan kepala
Pada daerah badan, sudah bisa berguling, duduk
Daerah lengan dan tangan sudah mulai menggerak-gerakkan tangan dan lengan untuk meraih benda-benda disekitarnya
Daerah tungkai sudah bisa menendang, menghentakkan kaki.

e. Tugas yang Terlibat dalam Belajar Bicara
pengucapan
membangun kosakata
kalimat sederana

f.. Pola Eemosional yang Lazim Pada Masa Bayi
Kemarahan
Ketakutan
Rasa ingin tahu
Afeksi

g. Reaksi Sosial Kepada Orang Dewasa
2-3 thn: Bayi dapat membedakan manusia dari benda mati dan bayi tahu manusialah yang bisa memenuhi kebutuhannya
4-5 bln.: Bayi ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya
6-7 bln: Bayi dapat membedakan teman dan orang asing dengan memberi senyuman pada teman dan memperlihatkan ketakutan pada orang asing
8-9 bln: bayi mencoba meniru kata-kata, isyarat, dan gerakan sederhana yang lain
12 bln: Bayi bereaksi terhadap larangan “ jangan-jangan”
16-18 bln: Keeras kepala tidak mau mengikuti permintaan orang tua
20-24 bln: Bayi bekerjasama dengan kegiatan rutin seperti makan, berpakaian,mandi.

h. Reaksi Sosial Kepada Bayi-Bayi lain
4-5 bln: Mencoba menarik perhatian bayi lain
6-7 bln: bayi tersenyum pada bayi lain dan menunjukkan minatnya
9-13 bln: Bayi mencoba meremasi pakaian dan rambut bayi-bayi lain
13-18 bln: Bayi lebih bekerjasama dengan bayi lain
18-24 bln: Bayi lebih berminat bermain dengan bayi lain

i. Pola Permainan yang Umum Dari Masa Bayi
Sensomotorik
Menjelajah
Meniru
Berpura-pura
Permainan
Hiburan

2. MASA ANAK-ANAK
a. Perkembangan Fisik
b. Emosi Yang Umum
c. Perilaku Sosial
d.
3. MASA ANAK PRASEKOLAH
4. MASA SEKOLAH KELAS AWAL
5. MASA SEKOLAH
6. MASA REMAJA AWAL
7. MASA REMAJA

Read More.. Read more...

Minggu, 21 Juni 2009

Urgensi pendidikan anak


Pokok kajian ini menekankan pada masalah anak dilihat dari aspek preodisasi perkembangan dan potensi keagamaannya, tipologi filsafat pendidikannya, pedidikan anak dalam Al-Qur’a>n dan al-H}adi>th serta perspektif pandangan ulama pendidikan. Pembahasan ini pada akhirnya memposisikan anak dalam perspektif pendidikan Islam.

a. Preodisasi perkembangan anak

Berbicara mengenai fase perkembangan pendidikan anak, maka dapat difahami bahwa pendidikan anak ini menurut kajian ilmu jiwa perkembangan Islam dapat dimulai sejak dalam kandungan. Dengan alasan mendasar karena pada hakekatnya pembentukan manusia itu dimulai sejak dari janin dan ditiupkan padanya ruh )nyawa). Hal inilah yang secara psikologis dapat diamati perkembangannya, meskipun secara hakiki baru sebagian saja yang dapat diketahui. Alah menjelaskan:

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"[1]

Kata “anak” dalam ungkapan Al-Qur’a>n disebutkan dengan istilah al-At}fa>l dengan pengertian anak mulai lahir sampai usia baligh. Hal ini seperti tertera dalam ayat berikut:

Artinya: Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [2]

Meskipun anak dalam kandungan masih abstrak, namun pendidikan itu sudah bisa dimulai dengan melihat keterkaitannya pada ibu yang mengandungnya (pendidikan pre natal). Sedangkan secara nyata, pendidikan Islam tentang anak banyak diarahkan pada pendidikan post natal )setelah kelahiran). Tepatnya dimuali sejak penamaan anak, dimana hal ini berdasarkan pada penjelasan h}adi>th nabi:

روى اصحاب السنن عن سمية قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "كل غلام رهين بعقيقته تذبج عنه يوم سابعه ويسمى فيه ويحلق رأسه

Artinya: Diriwayatkan oleh pemilik kitab sunan dari Sumayyah, ia berkata; nabi bersabda, setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, sehingga disembelih untuknya aqiqah pada hari ketuju, diberi nama dan dicukur rambutnya.

وفى صحيح مسلم من حديث سليمان بن المغيرة عن ثابت عن أنس رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ولد لى الليلة غلام فسميته بإسم أبى إبراهيم.

Artinya: Dijelaskan dalam shahi>h Muslim, h}adi>th dari Sulaima>n bin Mughi>rah dari Tsa>bit, dari Annas ra berkata, nabi bersabda: pada suatu malamku dilahirkan seorang bayi, lalu aku beri nama Abi Ibrahim.

Berdasar pada penjelasan H}adi>th tersebut, maka penamaan anak dapat dilakukan langsung setelah lahir sampai dengan tuju hari berikutnya.

Untuk melihat preodisasi pendidikan anak secara lebih rinci, maka perlu dikemukakan pandangan para pakar -sebagaimana dinukil oleh Ahmadi- meninjau preodisisasi tersebut melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan Biologis, Didaktis dan Psikologis.[3] Diantaranya dengan menukil pendapat Aristoteles, preodisasi perkembangan anak dari tinjauan biologis ini dibedakan dengan tiga fase, yaitu:Pertama ; dimualai dari lahir sampai umur 7 tahun, Fase ini biasanya untuk bermain. Kedua; dimulai dari 7 tahun sampai 14 tahun dikenal degan masa pubertas. Ketiga; dimulai dari 14 sampai 20. Masa ini disebut dengan masa remaja.[4]

Preodisasi didaktis menurut Comenius perkembangan anak sesuai dengan jenjang pendidikan didasarkan pada tiga fase: Pertama; preode Scola Materna (mulai lahir, sampai usia6 tahun), anak hidup dilingkungan rumah tangga juga dikenal dengan istilah madrosat al-Umm (berpendidik pada sang ibu). Kedua ; preode Scola Vernacula [mulai umur 6 sampai 12 tahun]. Preode ini juga dikenal dengan Lughat al-Umm (anak belajar disekolah dengan menggunakan bantuan bahasa ibu) Ketiga; preode Scola Latina (mulia umur 12 sampai 18 tahun). Usia ini mulai memasuki akademik.[5]

Preodisasi psikologis, menurut Kohstam dapat digolongkan sebagaimana berikut.Pertama;preode vital (mulai lahir sampai umur 2 tahun).Kedua;preode Esthetic (mulai umur 2 sampai 7). Ketiga; preode Intelectual (mulai umur 7 sampai 13/14 tahun).Keempat;preode Social (mulai umur 13/14 sampai 20/21 tahun). Kelima; preode maturasi (mulai usia 20/21 tahun sampai usia dewasa).[6]

Pembagian versi lain menurut Hurlock yang dinukil oleh Soesilo Windradini sebagaimana berikut:

(a) Sebelum lahir (Pre Natal), yaitu mulai hamil sampai lahir.

(b) 2 minggu setelah lahir ( Neo Natus).

(c) Masa bayi (mulai 2 minggu pertama sampai usia 2 tahun).

(d) Masa TK nol kecil (antara usia 2-6 tahun).

(e) Masa TK nol besar / SD (antara usia 6-12 tahun).

(f) Usia pubertas ( antara usia 10/12 – 13/14 tahun).

(g) Remaja awal (usia 14 – 17 tahun).

(h) Remaja akhir (usia 17 – 21 tahun).

(i) Pemuda awal (usia 21 – 40 tahun).

(j) Pemuda pertengahan (usia 40 – 60 tahun).

(k) Tua (usia 60 – meninggal).[7]

Preodesasi lainya seperti yang dikemukakan oleh Zaidan, diman ia mengklasifikasikannya berdasarkan tinjauan kejiwaan dan pendidikan. Klasifikasi tersebut seperti berikut: 1) Preode qabla al-milad yaitu mulai mengandung sampai lahir. 2)Preode al-mahd (ayunan) yaitu setelah lahir sampai 2 minggu pertama dan ditambah usia menyusui sampai akhir 2 tahun. 3) Preode kanak-kanak awal (usia 3 – 5 tahun) atau usia pra sekolah. 4)Preode kanak-kanak pertengahan (usia 6 – 8 tahun). 5)Preode kanak-kanak akhir (usia 9 – 12 tahun). [8]

b. Potensi keagamaan anak

Tinjauan lainya dilihat dari perkembangan psikis (jiwa agama). Diantara keistimewaan manusia yaitu fitrah beragama yang hanya dikhususkan oleh Allah kepadanya. Fitrah beragama ini telah dibawanya sejak lahir kedunia. Hal ini berdasarkan penjelasan h}adi>th berikut:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما من مولود إلايولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه (رواه مسلم)

Artinya: Nabi bersabda: Tidaklah setiap bayi yang lahir kecuali dalam keadaan firtah (suci), maka kedua orang tuanya yang dapat menyebabkan ia beragama yahudi, nasrani, atau majusi (HR. Muslim).[9]

Menurut Darajat kondisi keagamaan anak berkembang sejalan dengan perkembangan kejiwaannya. Jiwa keagamaan ini semakin berkembang pesat dengan bertambahnya pengetahuan tentang agama.[10] Pada usia empat sampai lima tahun misalnya, anak dengan kemampuan bahasanya telah memulai bertanya tentang surga, neraka, bagaimana cara menuju kesana, dan juga tentang tuhan. Anak akan menerima semua jawaban yang diberikan tanpa membantahnya. Baru nanti ketika menginjak usia baligh ia mulai kritis, mencari jawaban secara rasional.[11]

Lalu bagaimana mengembangkan jiwa keagamaan anak tersebut? Menurut Ahmad Tafsir saran-saran berikut dapat membantunya: 1)Kondisikan kehidupan di rumah tangga dengan kehidupan muslim, dalam segala hal. 2)Sejak kecil anak-anak sering dibawa ke masjid, ikut salat, ikut mengaji, sekalipun ia belum menjalankannya dengan benar. 3)Adakan pepujian di dalam rumah, musholla atau masjid. 4) Pada saat libur sekolah anak kita masukkan kedalam pesantren kilat. 6)Libatkan anak-anak dalam setiap acara keagamaan di kampung, seperti ramadlan, panitia zakat fitrah, panitia idul fitri dan idul qurban, dan sebagainya.[12]

Jadi anak dimungkinkan dapat mengenal Islam pada mulanya melalui tanda/ media keIslaman seperti masjid dan lainnya. Terkadang anak juga mempertanyakan kepada orang tuanya tentang ketuhanan, sehingga anak berikutnya membiasakan diri untuk mengikuti orang tuanya dalam beribadah. Menurut Zakiyah, Rasa keagamaan seperti ini sudah mulai tumbuh disaat anak berumur enam tahun.[13]

Tentang jiwa keagamaan anak ini –seperti dikutip Zuhairini- menurut psikolog Sigmun Freud bahwa pada usia tiga tahun pertama sudah merasa akan adanya tuhan, sehingga dalam bentuk miniatur anak menganggap kedua orang tuanya sebagai tuhan. Anak beranggapan kedua orang tua adalah sumber keadilan, kasih sayang, kekuasaan dan pertolongan, bahkan pemberi segala kebutuhan. Tetapi setelah ia dewasa, dengan sendirinya ia mengetahui kekurangan orang tuanya, sehingga berubahlah orientasi ketuhanannya. [14]

Pada saat seperti itulah orang tua memiliki peran penting untuk membimbing dan memberikan pengetahuan tetang ketuhanan secara memadahi. Yakni memahamkan bahwa tuhan yang sebenarnya adalah Allah yang telah menciptakan semua manusia dan bukan orang tuanya seperti yang ia rasakan sebelumnya. Demikian juga pendapat Dorothy Wilson bahwa anak secara tabiat mengakui adanya tuhan, yaitu ketika ia bermain boneka,lalu ia rusak, maka ia akan berdoa pada tuhan. Rumke menegaskan bahwa anak membenarkan adanya tuhan dan hal ini akan berkembang pesat ketika ia sampai usia akan baligh.[15]

Perkembangan jiwa anak pada usia empat atau lima tahun ketika menginjak usia taman kanak-kanak, ia mulai gemar menghafal do’a-do’a pendek yang diajarkan oleh pendidiknya di sekolahan atau keluarganya di rumah.[16]

Anak pada usia enam sampai sembilan tahun –menurut Arifin- sudah dapat mengerti sesungguhnya Allah adalah tuhan pencipta alam raya, manusia, binatang, tumbuhan dan lain-lain. Pemahaman agama anak pada usia ini telah mulai menguat. Terbukti gemar melakukan ibadah meskipun atas perintah orang tuanya.[17] Ia suka berdoa, beramal sesuai dengan kehendak Allah dan orang tuanya, rajin pergi ketempat-tempat pendidikan [sekolahl] dengan teman-temannya. Suka menyanyi, khususnya nyanyian religi. Sedangkan pemahamannya tentang kematian juga mulai tumbuh, terlebih ketika ditinggal mati oleh keluarganya.[18] Anak mulai terbangun kepercayaan tentang adanya balasan amal, sehingga ia gemar beramal baik.

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrohpun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan baranga siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrohpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [19]

c. Tipologi filsafat pendidikan anak

Usaha Pendidikan biasanya dilakukan manusia berdasarkan keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu pandangan, baik filosofis maupun praktis. Asas demikian merupakan titik tolak yang wajar. Artinya tiap orang akan melaksanakan suatu pekerjaan jika tujuan dan hasil pekerjaan itu mereka yakini dapat dicapai.

Keyakinan ini dalam pendidikan desebut sebagai hukum-hukum dasar atau filsafat pendidikan. Maka relefansinya pendidikan akan dapat diketahui urgensinya dari uraian tentang teori-teori filsafat pendidikan. Teori ini dapat dikelompokkan kedalam tiga macam, yaitu: empirisme, nativisme dan konvergensi [20]

c.1.Teori empirisme.

Ajaran filsafat ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704), mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendiidikan. Ia berkesimpulan bahwa setiap individu lahir bagaikan kertas putih, dan lingkungan pendidikan itulah yang menulisi. Teori ini akhirnya terkenal dengan teori tabularasa dan teori empirisme. Bagi John Loke pengalaman yang berasal dari lingkungan yang menentukan pribadi seseorang. Karena lingkungan relatip dapat diatur dan dikuasai manusia, maka teori ini bersifat optimis dengan tiap-tiap perkembangan pribadi anak.

c.2.Teori Natifisme.

Ajaran filsafat Natifisme digolongkan dalam filsafat Idealisme berkesimpulan bahwa pekembangan anak hanya ditentukan oleh faktor hereditas atau faktor dalam keturunan yang bersifat kodrati. Tokoh aliran ini Arthur Schopenhauer (1788- 1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Potensi kodrati ini menjadi ciri khas pribadi anak dan bukan hasil pendidikan. Tanpa potensi-potensi heriditas yang baik, seseorang tidak mungkin mencapai taraf yang dikehendaki, meskipun dididik secara maksimal. Seorang anak yang potensi hereditasnya rendah, tidak mungkin mencapai taraf pendidikan yang tinggi, meskipun dididik secara maksimal. Maka tergasnya pendidikan tidak dapat merubah manusia, karena potensi itu bersifat kodrati, sehingga aliran ini dianggap pesimistis, karena menerima kepribadian anak sebagaimana adanya, tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan untuk merubah kepribadiannya.

c.3.Teori Konvergensi

Bagaimanapun kuatnya alasan kedua aliran pandangan diatas, namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja, tanpa pengaruh lingkungan pendidikan yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, meskipun lingkungan pendidikan yang positif dan maksimal, tidak akan menghasilkan kepribadian yang ideal, tanpa potensi hereditas yang baik. Oleh karena itu, perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerja sama antara kedua faktor, baik internal (potensi-hereditas) maupun faktor eksternal )lingkungan-pendidikan). Tiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor-faktor internal dan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh William Stern (1871-1938) dan akhirnya dikenal sebagai tokoh aliran konvergensi.

Dari uraian tersebut, maka jelaslah bahwa manusia walupun dilahirkan diumpamakan seperti kertas yang putih bersih atau lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, tapi perkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan.

Dalam sejarah tercatat sejumlah kisah anak-anak yang tidak memperoleh pendidikan. Contohnya: anak liar, Victor namanya yang tertangkap di distrik Averon, Perancis Selatan pada tahun 1799 dan Peter, ditemukan dekat Hanover pada tahun 1723. Serta dua gadis cilik Amala dan Kampala ditemukan di Kidnapur India pada tahun 1920 oleh Mr. Singh. Kedua anak tersebut diasuh oleh srigala, sehingga akibatnya segala gerak gerik dan tingkah lakunya menyerupai srigala. Dan dongengan Ibn Thufail tentang Hayy bin Yaqdzan yang hidup disebuah pulau dengan seekor rusa.[21]

Dari berbagai contoh diatas, sangat medukung kebenaran faktual ayat Al-Qur’a>n tentang pendidikan yang merupakan lembaga untuk memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan manusia hanya setingkat lebih tinggi dari hewan. Anak yang tidak memperoleh pendidikan sama sekali, tidak akan mungkin dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Maka pendidikan sebenarnya mengangkat derajat manusia ketaraf insaniyah yang sebenarnya, dan atas dasar inilah setiap anak perlu pendidikan.

Ide pendidikan, baik teori nativisme, empirisme dan konvergensi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam Islam sendiri sudah ditegaskan dasar-dasar terebut. Diantaranya ayat berikut:

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fit}rah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fit}rah itu. Tidak ada peubahan pada fit}rah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [22]

H}adi>th nabi:

كل مولود يولدعلى الفطرة وإنما ابواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه (رواه مسلم )

Artinya: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fit}rah )suci), dan hanya kedua orang tuanyalah yang menyebabkan yahudi, nasroni, atau majusi (HR. Muslim).[23]

Dari dua dasar ini mengandung pengertian, bahwa Islam memiliki konsep pendidikan yang luhur dan universal. Yaitu setiap manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah (kesucian/kemurnian) yang dalam istilah Lokce dikenal dengan “tabularasa”. Fitrah tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan pendidikannya yang dalam istilah Schopenhaur disebut Nativisme, sehingga keterpaduan dasar dan ajar inilah yang diyakini dapat dikembangkan melalui dunia pendidikan.

d. Pendidikan anak dalam Al-Qur’a>n dan Al-H}adi>th

Melihat pada ayat-ayat Al-Qur’a>n berkaitan dengan pendidikan anak ini, maka ada dua macam pernyataan yang digunakan untuk mengistilahkan anak, yaitu: istilah al-Aulad dan al-Banu>n.

Pertama: Istilah Al-aulad, biasanya dikaitkan dengan konotasi makna anak secara pesimistis, sehingga anak memerlukan perhatian khusus. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat berikut:

Artinya: Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. [24]

Artinya: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakku itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah plahala yang besar. [25]

Artinya: Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga). [26]

Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [27]

Ayat-ayat tersebut sebagai titik tolak untuk mencurahkan tenaga dan fikiran dalam rangka memperbaiki anak melalui pendidikan, sehingga mereka dapat menjadi wasilah untuk memperdekat kepada Allah, bukan sebaliknya menjadi fitnah (merepotkan) khususnya bagi orang tua, dan umumnya bagi masyarakat.

Kedua; istilah al-banu>n mengandung pemahaman anak secara optimis, sehingga, menimbulkan kebanggaan dan keterntraman khusus dalam hati. Diantaranya ialah ayat-ayat berikut ini:

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [28]

Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [29]

Jadi anak dapat menjadi impian yang menyenangkan, manakala dididik dengan baik, dan sebaliknya akan menjadi petaka jika tidak didik. Inilah kemungkinan yang ditimbulkan, yaitu rasa optimis atau pesimistis. Hal ini juga membawa pada pemahaman, apakah artinya memelihara anak, jika tidak didik, anak didik berbuat jahat adalah kesalahan pendidik, dan jika anak-anak tidak mau belajar, hanya akan menyusahkan orang tua, nusa dan bangsa. Jelasnya anak, harus didik, karena pada hakekatnya manusia dilahirkan dengan fitrah dapat didik, dapat mendidik dan sekaligus dapat mendidik dan dididik.

Adapun penjelasan h}adi>th nabi mengenai pendidikan anak ini sangatlah banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. كل مولود يولد على الفطرة وإنما ابواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه (رواه مسلم)

Artinya: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fit}rah ( suci), dan hanya kedua orang tuanyalah yang menyebabkan yahudi, nasroni, atau majusi (HR. Muslim) [30]

2. كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فابواه يهودانه أو ينصرانه او يمجسانه (رواه طبرانى)

Artinya: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fit}rah )suci), sehingga ia fasih berbicara, dan hanya kedua orang tuanyalah yang menyebabkan yahudi, nasrani, atau majusi (HR. Muslim). [31]

3. علموا الصيى الصلاة ابن سبع سنين واضربوه عليها ابن عشر (رواه احمد والترمذى والطبرانى والحاكمى عن سمرة)

Artinya: Ajarilah anak sholat ketika umur 7 tahun, dan pukulah jika meninggalkannya dalam umur 10 tahun. )HR. Ahmad, Turmudhi, T}abarani, dan Haki>m dari Samirah). [32]

4. علموا أبناءكم السباحة والرمى والمرأة المغزل (رواه البيهقى عن ابن عمر)

Artinya: Ajarilah anak-anakmu berenang, memana )HR.Bukhari> dari Ibn ‘Umar)

5. علموا أبناءكم السباحة والرماية ونعم لهو المؤمنة فى بيتها المغزل واذا دعاك فاجب امك (رواه الديلمى عن بكر بن عبد الله بن الربيع الانصارى)

Artinya: Ajarilah anak-anakmu berenang, memanah (HR.Al-Dailami> dari Bakr Bin Abd Allah Bin Rabi>’ al-Ans}a>ri).

6. مروا اولادكم بالصلاة وهم ابناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم ابناء عشر سنين وفرقوا بينهم فى المضاجع.(رواه احمد وابى داود والحاكم عن ابن عمر)

Artinya: Perintahlah anakmu sholat pada usia tujuh tahun, dan pukulah jika meninggalkannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidurnya (HR. Ah}mad dan Abi Daud dan Ha>kim dari Ibn ‘Umar).[33]

7. حق الولد على الوالد ان يعلمه الكتابة والسباحة والرماية وأن لايرزقه الاطيبا (رواه البيهقى عن ابى رافع)

Artinya: Hak anak atas orang tuanya ialah mendapatkan pengajaran menulis, berenang, memanah, dan mendapat rizki yang baik.

8. حق الولد على والده ان يحسن اسمه ويزوجه اذا ادرك وأن لا يرزقه الا طيبا (رواه الديلمى عن ابى رافع)

Artinya: Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, menikahkan jika sudah mendapat jodoh dan memberi rizki yang baik.

9. حق الولد على الوالدأن يحسن اسمه ويحسن ادبه (رواه البيهقى عن ابن عباس)

Artinya: Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik dan mengajari sopan santun.

10.حق الولد على والده ان يحسن اسمه ويحسن موضعه ويحسن أدبه (رواه البيهقي عن عائشة)

Artinya: Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun.

e. Pendidikan anak dalam pandangan ulama

Al-Ghaza>li> memberi penjelasan tentang posisi anak bagi orang tuanya, serta karakteristik kejiwaannya sebagai berikut:

Bahwa anak bagi kedua orang tuanya bagaikan titipan (amanat), anak tersebut hatinya suci bagaikan intan permata yang berharga, murni tidak ada lukisan apapun, dan memiliki ketergantangan terhadap apa yang diberlakukan padanya. Maka jika anak dibiasakan melakukan kebaikan, ia akan terbiasa dengan hal itu, sehingga memperoleh kebahagiaan didunia dan akherat, serta kedua orang tua dan gurunya juga memperoleh pahala atas prilaku baik anak tersebut. sebaliknya, jika anak diajari/ dibiasakan berbuat kejelekan, maka iapun akan terbiasa dengan hal itu, sehingga ia hidup sengsara dan celaka, maka dosanya juga ditanggung oleh orang tuanya.[34]

Pernyataan Al-Ghaza>li> tersebut sesuai dengan aliran filsafat pendikan empirisme yang dikemukakan oleh Lock dan dikenal dengan teori tabularasa. Ia mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor lingkungan, terutama pendidikan. Ia berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkunganlah yang mengisi kertas putih itu. Pengalaman dari lingkungan itu menentukan pribadi seseorang. Karena lingkungan relatif dapat diatur dan dikuasai manusia, maka teori ini bersifat optimis dengan tiap-tiap perkembangan pribadi.

Disinilah pentingnya lingkungan pendidikan, dimana akan mewarnai karakteristik anak didik. Pengaruh ini lebih terfokus pada lingkungan keluarga dan orang terdekat dengan anak. Pendidikan yang diutamakan bagi anak, pada mulanya adalah pendidikan tauhid. Hal ini sesuai dengan fitrah semua manusia yang dilahirkan dalam pengakuan dan beriman kepada Allah.

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", [35]

Menurut Al-Ghaza>li>, cara untuk menanamkan keiman pada anak didik ialah dengan metode pengajaran yang dilakkukan secara sabar, dan kasih sayang, sehingga mencapai hasil iman yang kuat.[36]

'Ulwa>n menjelaskan pendidikan anak dimulai setelah lahir didunia, yaitu secara berurutan seperti berikut: 1)Memberikan ucapan selamat. 2) Diadzani ditelingan kanan dan iqomah ditelinga kiri. 3) Menyuapi dengan makanan. 4) Disunahkan mencukur rambut. [37]

Disunahkan bagi orang muslim untuk ikut bergembira dan mengucapkan selamat atas saudaranya yang melahirkan anak. Ucapan selamat itu seperti contoh berikut:

بورك لك في الموهوب وشكرت الواهب ورزقت بره وبلغ رشده.

Artinya: Semoga anakmu mendapat berkah, kamu bersyukur kepada Allah yang memberi anugerah, diberi rizki kebaikan dan kepandaian pada anak itu.

Tentang ajaran diadzani ditelinga kanan dan iqomah ditelinga kiri didasarkan pada H}adi>th:

روى البيهقى وابن السنى عن الحسن بن على عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: من ولد له مولود فأذن فى أذنه اليمنى وأقيم فى أذنه اليسرى لم تضره أم الصبيان

Artinya: Diriwayatkan oleh Al-Baiha>qi> dan Ibn Sini>, dari H}asan Bin ‘Ali>, dari nabi Muh}ammada Saw, beliau bersabda: barang siapa dilahirkan baginya anak, maka hendaklah diadzani ditelingan kanan dan diiqomahi ditelinga kiri, maka dengan demikian tidak akan terkena gangguan syetan (ummu syibyan).

Rahasia dari adzan dan iqomah ini menurut Qayyim supaya kalimat yang pertama didengarkan anak adalah kalimat yang baik yang mengajak kepada keimanan, mengakui keagungan tuhannya, dan syahadat. Ajaran memiliki pengaruh psikologis yang besar kepada jiwa anak ketika menjadi dewasa, meskipun pada saat itu dia belum merasakannya. Manfaat lainnya, dapat menjauhkan dari gangguan syetan, sementara mengajak kepada jalan Allah yang merupakan fitrah manusia.[38]

Sedangkan menyuapi makanan bisa dilakukan dengan meletakkan makan di tangan, lalu memasukkan ke mulut bayi, lalu menggerak-gerakkan kekanan kekiri agar membasahi seluruh mulutnya. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan kurma, dan jika tidak ada bisa digunakan makanan lunak yang manis. Hal ini dilakukan berdasarkan h}adi>th nabi:

عن أبى بردة عن أبى موسى رضى الله عنه قال: ولدلى غلام فأتيت به النبى صلى الله عليه وسلم فسماه إبراهيم وحنكه بتمرة ودعاله بالبركة ودفعه إلي.

Artinya: Diceritakan dari Abi Burdah, dari Abi Mu>sa> ra berkata; dilahirkan anak bagiku, lalu saya bawa kepada nabi, kemudian beliau memberi nama Ibrahim, setelah itu menyuapi dengan kurma dan mendoakan dengan kebaikan, dan akhirnya memberikan lagi padaku.

Mencukur rambut dapat dilakukan pada hari ketuju disertai pengeluaran sedekah perak seberat rambut yang dicukur tersebut. Kaifiyah cukur rambut yang dilarang adalah mencukur secara “qaza’” sebagaimana dijelaskan oleh h}adi>th.

وجاء النهى عنه صريحا فى الحديث الذى أخرجه البخارى ومسلم عن عبد الله بن عمر رضى الله عنهما أنه قال: نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن القزع

Artinya: ada larangan yang jelas dalam hadits yang diriwayatkan Bukha>ri> dan Muslim dari Abd Allah Bin ‘Umar berkata: bahwa rasul melarang Qaza’.

Pengertian Qaza’ adalah pertama; berarti cukur kuncung. Kedua; mencukur bagian yang tengah saja. Ketiga; mencukur yang pinggir dan meninggalkan yang tengah. Keempat; mencukur bagian depan dan meninggalkan bagian belakang.[39]

Hikmahnya memotong rambut ini diantaranya adalah; menurut tinjauan kesehatan dapat menguatkan daya fikir, daya dengar dan daya penciuman. Secara sosial dapat membantu memperingan nafkah fakir miskin, yaitu dengan mengeluarkan sedekah kepadanya.

Masih menurut penjelasan ‘Ulwa>n ,[40] pendidikan anak yang harus dilakukan setelah ia lahir adalah:

1. Membuka perkataan pertama pada pendengaran anak dengan ucapan tauhid. Hal ini berdasarkan pada h}adi>th riwayat Hakim dari Ibn Abba>s ra, dari nabi beliau bersabda:

روى الحاكم عن ابن عباس رضى الله عنهما عنى النبى صلى الله عليه وسلم أنه قال "إفتحو على صبيانكم أول كلمة بلا إله إلا الله"

Artinya: Perdengarkanlah pertama kali pada anakmu dengan bacaan tahlil (la ilah illa Allah).

2. Mengenalkan dengan hukum halal dan haram, berdasarkan h}adi>th Ibn Jari>r dan Ibn Mundhir, dari Ibn Abba>s ra, sesungguhnya nabi bersada:

أخرج ابن جرير وابن المنذر من حديث ابن عباس رضى الله عنهما أنه قال "إغسلوا بطاعة الله واتقوا معاصى الله ومروا أولادكم بامتثال الأوامر واجتناب النواهى فذلك وقاية لهم ولكم من النار.

Artinya: Diceritakan dari Ibn Jari>r dan Ibn Mundhir, dari Ibn Abba>s ia berkata, sesungguhnya nabi bersabda “mandikanlah [anakmu] dengan ketaatan, dan takutlah untuk berbuat ma’siyat, dan perintahlah anakmu untuk mentaati perntah Allah dan menjauhi larangannya, itulah penjagaanmu dan anak-anakmu dari neraka.

3. Memerintah untuk menjalankan ibadah mulai umur tuju tahun, dan memukulnya jika ia meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Hal ini berdasarkan pada h}adi>th:

روى الحاكم وأبو داود عن ابن عمرو بن العاص وضى الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال "مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم ابناء عشر وفرقو بينهم فى المضاجع"

Artinya: H{akim dan Abu Daud meriwayatkan, dari Ibn “Umar Bin As} ra, nabi bersabda “ perintahlah anakmu melakukan sholat pada umur tuju tahun, dan pukullah jika meninggalkannya pada umur sepuluh tahun dan pisahkan tempat tidurnya”.

4. Mengajarkan pada anak untuk mencintai nabi, ahlul baitnya dan cinta membaca Al-Qur’a>n. Hal ini berdasar pada h}adi>th;

روى الطبرانى عن على كرم الله وجهه أن النبى صلى الله عليه وسلم قال: أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم وحب ال بيته وتلاوة القرآن فإن حملة القرآن فى ظل عرش الله يوم لاظل إلا ظله مع أنبيائه وأصفيائه.

Artinya: Al-T{abara>ni> meriwayatkan dari ‘Ali karama Allah wajhah, sesungguhnya nabi bersabda” didiklah anakmu atas tiga perkara: mencintai nabi, ahlul bait, dan membaca Al-Qur’a>n, , karena orang yang hafal qur’an nanti akan mendapat perlindungan dari Allah dihari tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan-Nya.


[1] Al-Qur’a>n: 17: 85.

[2] Al-Qur’a>n: 24: 59.

[3] Abu Bakar Ahmadi, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rineka Cipta, 1991), 36.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7] Soesilo Windradini, Psikologi Perkembangan masa remaja ( Surabaya: Usaha Nasional1989), 21.

[8] Muh}ammad Mus}t}afa> Zaidan, Marahil al-Numu> (Mesir: Dar Al-Shuru>q, tt), 101.

[9] Abu Al-Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslim, S}ahi}>h Muslim Juz 2( Beirut: Da>r al-Fikr, 1988), 458.

[10] Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1976), 4.

[11] Ibid, 46

[12]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung : Rosdakarya, 1984), 188.

[13] Zakiyah Darajat, Ibid., 4.

[14] Zuhairini ed., Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Ramadloni, 1988), 33.

[15] Ibid.

[16]HM. Arifin, Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia (Jakarta: Bulan Bintang. 1981), 59.

[17] Ibid., 60.

[18] HM Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang BP Agama di Sekolah dan Luar Sekolah (Jakarta: CV. Bulan Bintang, 1981) 57.

[19] Al-Qur’a>n,99: 7-8.

[20] Tim Dosen FIP- IKIP Malang, Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), 8-9.

[21] Djummberansjah Indar, Ilmu Pendidikan Islam (Malang: IAIN Sunan Ampel Malang, 1990), 35.

[22] Al-Qur’a>n,30: 30.

[23] Muslim, S}ahi>h} Muslim (Beirut: Dar al-Fikr), 458.

[24] Al-Qur’a>n,9: 55.

[25] Al-Qur’a>n,8: 28.

[26] Al-Qur’a>n,34: 37.

[27] Al-Qur’a>n,57: 20.

[28] Al-Qur’a>n: 18: 46.

[29] Al-Qur’a>n: 25: 74.

[30] Muslim, S}ahi>h} Muslim, 458.

[31] Al-Suyu>t}i>, Al-Ja>mi’, 94 .

[32] Hadist no. 3-5, Ibid, Juz II, 61-62

[33] Ibid, Juz II, 155

[34] Al-Ghaza>li>, Ihya>, Ibid, 29

[35] Al-Qur’a>n: 7: 172.

[36] Fath}iyah H{asan Sulayma>n, Al-Tarbiyah Al-Isla>miyah fi qarn ra>bi’ al-Hijr, 42.

[37] Abd Allah ‘Ulwa>n, Tarbiyat al-Aula>d fi-al-Isla>m (Da: 1997), 71.

[38] Ibid.

[39]Ibid.

[40]Ibid., 157

Read More.. Read more...

Activitas


About This Blog

santai

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP